THE SIMBOLIC CODE

Jilid 13                                        No. 7, 8
    
TANYA JAWAB
MENGENAI PENYUCIAN SABAT
BAGIAN 2

MEI - JUNI
1958



Oleh:
V. T. Houteff



 

"Saya telah membaca buku tulisan Pendeta N," tulis seorang pencari Kebenaran, "dan sebagai akibatnya saya telah menjadi bingung mengenai penyucian Sabat di Australia, dan saya tidak tahu bagaimana membicarakan anjuran:

Garis Penanggalan Internasional
Di Eden

Mengenai keyakinan-keyakinan agama setiap orang haruslah diakui, bahwa tantangan Pendeta N, bahwa hari Minggu ialah hari Sabat yang sesungguhnya di Australia, sekalipun adalah hari Sabtu di Amerika, adalah sama dengan mengatakan, bahwa tahun 1952 di Australia sama dengan 1951 di Amerika. Ia sedemikian rupa membingungkan pengetahuan dengan kata-kata yang menciptakan suatu khayalan kebenaran. Tetapi suatu khayalan adalah hanya suatu bayangan hampa. Teorinya bahwa orang yang mengarungi bumi arah ke barat akan kehilangan satu hari dalam waktu, sedangkan yang mengarah ke timur akan mendapatkan satu hari, secara logis akan mendorong suatu penyimpulan yang salah, bahwa orang yang terbang pada kecepatan yang sama dengan kecepatan perputaran bumi pada porosnya, yaitu secara praktis 1000 mil per jam, ia akan kehilangan sama banyaknya hari, minggu, bulan, dan tahun selama ia terus terbang. Karena pada kecepatan itu ia akan sejalan dengan matahari, maka jika ia tidak berhenti, ia tidak akan pernah menyaksikan akhir dari hari jika ia berangkat pada siang hari, atau ia tidak akan pernah dapat menyaksikan akhir dari malam sekiranya ia berangkat pada malam hari.

Kemudian juga, anjuran lokasi dari N mengenai garis penanggalan internasional di Eden (Palestina, atau sekitarnya), gantinya garis penanggalan yang lazim di Lautan Pasifik, jelas tidak masuk akal dan tidak praktis disamping juga tidak sesuai dengan Alkitab apabila orang berpikir, bahwa pada mula pertama Eden adalah pusat tempat tinggal Allah, juga bengkel-Nya tempat Ia mencipta; dan bahwa segera setelah matahari diciptakan ia itu pertama sekali memancarkan kemuliaan paginya di Eden, dan pada waktu yang sama tercampak semua bayangannya melintasi Lautan Pasifik.

Apabila Pendeta N mempertimbangkan semua kenyataan ini, maka ia juga akan mengetahui, bahwa sebagaimana Eden menyaksikan matahari terbit yang pertama kali (permulaan dari siang hari yang pertama sesuai perputaran matahari -- the first solar daylight, yaitu "pagi hari"), demikian itu pula Lautan Pasifik, sebelah timur Australia, menyaksikan matahari masuk yang pertama kali (perrnulaan dari malam yang pertama sesuai perputaran matahari, yaitu "malam", the evening), dan bahwa pada waktu itu dan di sana berakhirlah masa sebelum matahari (pre-solar time), yaitu hari yang ketiga, dan mulailah waktu matahari, yaitu hari keempat. Dan itulah sebabnya, mengapa hari matahari (solar day) masih tetap mulai dan berakhir masing-masing pada tempat-tempat yang sama. Ia kemudian akan menemukan, bahwa tindakan ciptaan Allah inilah yang telah menetapkan Garis Penanggalan Internasional itu di Lautan Pasifik, dan akan mengetahui mengapa orang-orang yang diilhami dengan akal dan pemikiran Ilahi mengakuinya berada di sana. Apabila semua sebab-sebab yang lazim ini dipertimbangkan, maka akan terlihat, bahwa Sabat yang pertama, hari yang ketujuh itu, dimulai di Eden(Yerusalem) sewaktu matahari di sana menghilang dari pandangan pada kira-kira jam sepuluh sesudah masuk matahari yang ketiga kali terjadi pada Garis Penanggalan di Lautan Pasifik.

Lagi pula, kenyataannya bahwa garis penanggalan Eden milik N itu akan harus lewat melalui daerah-daerah yang berpenduduk padat, sedangkan garis penanggalan Allah di Pasifik tidak melewati penduduk sama sekali, adalah suatu bukti lain yang cukup dan bagus, bahwa garis penanggalan di Pasifik itulah garis penanggalan ciptaan Allah. Perbedaan yang akan dibuat oleh suatu garis penanggalan Eden (Palestina) ialah ini: Sebentar-sebentar Pendeta N dapat melangkah ke samping dari mana hari Sabtu dimulai dan ia dapat menghabiskan sehari pada sisi dimana hari Minggu dimulai. Dengan demikian garis penanggalan Edennya dapat memungkinkan dia menghindari sama sekali penyucian Sabat, dan dengan demikian dengan mudah memberikan kepadanya suatu hari bersenda-gurau, atau suatu hari kerja, pada sisi garis dimana ada hari Minggu, selagi istri dan anak-anaknya berada di rumah, menyucikan Sabat hari Sabtu, hanya di seberang jalan pada sisi dimana ada hari Sabtu. Lalu dengan begitu oleh cara berpikirnya itu, ia dapat menyucikan hari Minggu sebagai Sabat selagi di Australia bersama-sama dengan dunia lainnya, tetapi merasa menyucikan Sabat hari Sabtu. Benar-benar suatu rencana yang ajaib! Sungguhpun demikian, pikirkanlah akibat-akibatnya: pada suatu sisi dari jalan garis-penanggalan Eden orang banyak sedang berdansa-dansi, memukul-mukul dengan palu, menyekap kayu, dan tawar menawar barang, sementara pada sisi lain dari jalan itu orang banyak sedang menyucikan Sabat, berdoa, dan berkhotbah! Betapa Babil keadaannya, bukan?

Demikianlah kita melihat, bahwa pikiran-pikiran yang tajam, yang hampa Roh Kebenaran, dapat merencanakan pembuatan pola-pola rencana yang tajam tetapi pun sama tanpa Roh. Namun bersyukurlah kepada Allah, mereka tidak mampu menyebarkan semua pola rencana yang mereka turunkan. Memang mentaajubkan bahwa Pendeta N telah menemukan garis penanggalan Palestina atau Eden itu, dan bukan Kristus, Pencipta itu, bahkan nabi-nabi-Nya yang suci pun tidak pernah mengetahui apa pun dari hal itu. Betapa ajaibnya kepintaran tanpa Roh dari orang-orang yang hampa Roh.

Penghitungan Pendeta N yang digantungkan pada kecepatan ia membuat perjalanan dapat membuatnya kehilangan satu hari atau berhari-hari jika ia pergi ke arah barat, atau dapat menguntungkan dia satu hari berhari-hari jika ia pergi arah ke timur, sedangkan minggu milik Allah dan Sabat-Nya adalah tetap tidak berubah, tidak pernah kehilangan ataupun keuntungan tanpa memandang arah manapun yang ditempuh orang.

Adalah sederhana saja untuk dilihat, bahwa dalam menjelajahi bumi ini ke barat atau ke timur kita akan kehilangan atau keuntungan waktu sesuai pada arloji, bukan karena garis Penanggalan, juga bukan karena waktu itu sendiri, melainkan hanya karena kepergian kita ke arah yang berlawanan dengan perputaran bumi, yaitu arah ke barat, atau dalam kepergian kita ke arah yang sesuai dengan perputaran bumi, yaitu arah ke timur.

Sebuah pembandingan dapat menghantarkan kenyataan ini menjadi lebih jelas. Ambilah gambar anda memanjat sebuah bukit pasir pada masa mana untuk setiap yard anda bergerak maju, kaki anda meluncur ke bawah satu inci, dengan demikian usaha-usaha anda pada hasil akhirnya anda kehilangan satu yard pada setiap 36 yard anda memanjat. Sedangkan dalam anda meluncur ke bawah, kebalikannya, kaki anda akan meluncur lebih dulu satu inci untuk setiap yard yang anda jalani, dengan demikian usaha-usaha anda pada hasil akhirnya anda mendapatkan satu yard dalam setiap 35 yard, atau 36 yard untuk hanya 35 yard yang anda jalani.

Demikianlah, bahwa dalam menjelajah ke barat dari Lautan Atlantik ke Lautan Pasifik, anda harus menyetel mundur arloji anda empat kali (4 jam) untuk mempertahankan waktu yang sama dengan orang-orang dimana anda ingin menemukan sendiri.  Dan dalam menjelajah ke timur dari Lautan Pasifik ke Lautan Atlantik, anda harus menyetel maju arloji anda empat kali (empat jam).

Mari kita bayangkan kembali andaikata anda tinggal dimana bintang malam berdiri (biarlah ia itu berdiri bagi maksud kita di sini) langsung di atas kepala pada saat matahari masuk --- pada jam 6.00 P.M. Pada suatu hari anda hendak membuat perjalanan, dimulai pada jam 6.00 P.M., dan menjelajah ke barat dengan kecepatan 1000 mil sehari. Bersamaan dengan itu, pada hari setelah anda meninggalkan rumah bumi akan menghantarkan anda berkeliling kembali langsung ke bawah bintang malam itu, hanya saja satu jam kernudian --- pada jam 7.00 P.M. Dan karena waktu setempat adalah jam 6.00, maka anda menyetel mundur arloji satu jam --- kembali kepada jam 6.00. Setiap hari selama dua puluh empat hari anda mengulangi perbuatan itu, sampai pada akhir dari hari yang ke-24 anda pada akhirnya tiba kembali di rumah. Pada waktu itu anda sudah menyetel mundur arloji anda sebanyak 24 kali, setiap kali satu jam. Haruskah kita sekarang mengatakan, bahwa anda telah kehilangan satu hari pada 24.000 mil perjalanan itu? Tentu saja tidak, Anda tidak kehilangan apa-apa, semenit pun tidak, dan anda telah hidup tepat sama lamanya seolah-olah anda berada di rumah saja, dan tidak lebih panjang.

Mungkin ditanyakan, "Tetapi bagaimanakah dapat seseorang pada hari Sabat berlayar ke barat dari sisi bagian barat (Amerika) ke sisi bagian timur (Asia) tanpa mengakhiri penyucian Sabatnya segera setelah ia melewati garis penanggalan itu lalu di sana memasuki hari Minggu, barangkali hanya sejam setelah ia baru mulai menyucikan Sabat? Dapatkah ia dibenarkan dalam menyucikan hanya sebagian dari hari Sabat?"

Marilah kita bayangkan andaikata bukan hanya seorang melainkan semua penumpang termasuk anak buah kapal adalah pemelihara Sabat. Pada peristiwa itu semua mereka tentunya akan mematuhi Perintah Hukum lalu berhenti bekerja dengan cara membuang jangkar langsung dimana Sabat menemukan mereka. Dari prinsip Alkitab yang tepat benar mengenai penyucian Sabat ini, menyusul akal sehat, bahwa apabila di luar segala pengawasannya seorang pelaut pemelihara Sabat berlayar melewati garis penanggalan pada hari Sabat, ia masih akan terus menyucikan semua jam hari Sabat itu sepenuhnya, sama halnya seolah-olah kapalnya telah berlabuh langsung dimana Sabat telah menemukannya. Kemudian, setelah jam-jam yang suci itu berlalu, dimana Sabat telah menemukannya, ia supaya maju menyesuaikan waktunya dengan hari dan jam di daratan dimana dia berada.

Semua pertimbangan ini memberikan bukti yang mutlak, bahwa Sabat itu tak dapat tiada dimulai pada hari Jumat masuk matahari, tetapi kira-kira delapan jam lebih awal di Australia daripada di Yerusalem. Kebenaran yang kekal tak berubah dan sederhana ini adalah, bahwa Allah menuntut kita untuk menyucikan hari yang ketujuh dari minggu, yaitu Sabat, kapanpun dan dimana pun matahari menghantarkannya kepada kita, dan itulah sebabnya secara tegas la memerintahkan kepada kita supaya menyucikannya semenjak dari "masuk matahari sampai kepada masuk matahari". Immamat 23 : 32.

Kita sekarang mengalihkan perhatian kita kepada suatu teori Sabat dan isme yang lain, untuk mana seorang pencari Kebenaran yang lain menulis sebagai berikut: "Sebuah brosur berjudul SABAT ALKITAB dalam RENCANA PENEBUSAN ALLAH YANG SEMPURNA berpendapat, bahwa Sabat itu dikendalikan oleh bulan peredaran bulan (lunar month), bukan oleh siklus mingguan yang bebas. Mohon berikan jawaban anda dari Alkitab.

Karena berpendapat, bahwa Sabat hari ketujuh itu dikendalikan oleh suatu kalender peredaran bulan (a lunar calendar), bukan oleh siklus mingguan yang bebas, maka:

BROSUR ITU MENGATAKAN:

"Benar, terkecuali beberapa orang pemelihara hari Sabtu, seluruh dunia Kristen memeliharakan suatu hari kekapiran dari Matahari. Tetapi para pemelihara hari Sabtu pun memelihara dan memuliakan suatu hari yang berasal dari kekapiran --- hari Saturnus.

"Keluaran 12 : 1, 2: 'Maka berbicaraTuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir, kata-Nya: Bulan ini akan menjadi bagimu permulaan dari segala bulan; ia itu akan menjadi bulan yang pertama (bulan = moon) dari tahun bagimu.' Bulan (moon) telah diciptakan untuk mengukur/menakar bulan-bulan (months). Bandingkanlah 1 Samuel 20, ayat 5, 18, 24, 27, 34. Dan juga untuk menandai musim-musim (kejadian 1:14 dan Mazmur 104 : 19. Bulan dan matahari dan bintang-bintang ialah kalender penanggalan Allah di dalam bentangan langit agar semua orang dapat melihat dan menandai masa dan waktu kepunyaan Allah bersama-sama dengan bumi . . . . . . .

"Oleh sebab itu, maka Sabat dari Alkitab ialah Sabat pada mana Paskah datang pada setiap tahun. Tuhan telah menempatkan perayaan Paskah itu dengan sengaja pada Sabat yang kedua dari Bulan (Moon) yang pertama (Abib), setiap tahun, bagi suatu peringatan terhadap Sabat itu setiap tahun (keluaran 20 : 8) Itulah Sabat yang kedua dari bulan yang pertama, karena alasan Paskah berada pada hari keempat belas dari bulan itu, yaitu bulan penuh (full moon) yang pertama sesudah Vernal equinox (musim semi dimana siang dan malam sama panjang di semua tempat di dunia) sewaktu musim semi dimulai". --- The Bible Sabbath in God's Perfect Plant of Redemption, pp. 9, 13, 16.

Kepada para penganjur penghitungan Sabat tersebut di atas

ROH KEBENARAN MENJAWAB:

Di dalam paragraf-paragraf yang dikutip sebelumnya penulis yang bermaksud baik tetapi sangat keliru itu sedang mencoba meruntuhkan Sabat hari ketujuh dengan cara mengabaikan siklus mingguan yang berasal dari mula pertama, yaitu siklus tujuh dari kejadian dunia milik Allah (septenary cycle of creation), lalu oleh menggantikannya dengan suatu siklus tujuh yang dikendalikan bulan ciptaannya sendiri, sehingga membuat hari yang ketujuh itu menjadi hari keempat belas, hari kedua puluh satu, dan hari kedua puluh delapan dari setiap bulan peredaran bulan (lunar month) sebagai peringatan akan Sabat-Sabat, dari minggu kejadian.

Memang benar, bahwa nama dari bulan-bulan dan hari-hari di dalam minggu berasal mula dari ilmu-ilmu mithos, tetapi siklus mingguan itu sebagaimana yang akan kita saksikan, adalah berasal dari masa yang tak diketahui (immemorial). Benar, Tuhan berfirman kepada Musa: "Bulan ini akan menjadi bagimu permulaan dari segala bulan: ia itu akan menjadi bulan yang pertama dari tahun bagimu." Keluaran 12 : 2. Tetapi Ia tidak mengatakan, Ia itu juga akan menjadi permulaan dari segala minggu bagimu. Dengan demikian pertanyaan. "Bagaimana engkau baca?" akan menantang penulis Sabat-peredaran bulan itu dengan tajam meminta jawabannya. Jelas, Allah tidak mungkin mengatakan: “bulan ini akan menjadi permulaan dari segala minggu bagimu”, karena cara yang sedemikian ini, seperti yang akan kita saksikan, akan bertentangan dengan Alam, dengan Firman, maupun dengan akal sehat.

Sekiranya Tuhan menghendaki bulan untuk menentukan waktu dari hari Sabat yang suci, maka Ia sudah akan membuat perputarannya itu lengkap mengelilingi bumi sekali dalam empat minggu tepat atau dalam satu minggu tepat. Namun karena bulan tidak demikian itu perputarannya, maka ia itu tidak mungkin diambil sebagai pengatur llahi yang mengatur hari Sabat yang suci setiap minggu. Lagi pula, Sabat dimulai pada "sore hari" (even), sedangkan bulan baru dapat saja muncul pada setiap jam pada siang hari atau malam.

Paragraf-paragraf berikut ini secara singkat menyajikan fakta-fakta peredaran matahari (solar), peredaran bulan (lunar), dan fakta-fakta Alkitab, bukan perkiraan-perkiraan, bahwa siklus mingguan belum pernah dan tidak pernah dapat dikendalikan oleh sesuatu kalender bulan (lunar calender) atau pun kalender matahari (solar calendar), dan bahwa sidang di bawah bimbingan Allah baik dalam Wasiat Lama mau pun dalam Wasiat Baru belum pernah memeliharakan suatu sabat peredaran bulan (lunar sabbath).

Sabat yang Tuhan sucikan itu telah dirayakan tepat pada hari yang ke tujuh sesudah permulaan terciptanya bumi, bukan pada hari ke tujuh setelah permulaan terciptanya bulan (Kejadian 2 : 2). Dengan demikian siklus mingguan yang telah Allah gerakkan, dan Sabat yang telah dirayakan-Nya sendiri itu, bukan diukur oleh peredaran bulan, melainkan oleh peredaran bumi. Sekiranya Tuhan telah memberkati dan menyucikan sesuatu Sabat yang dikendalikan oleh bulan (moon), maka jam-jam Sabat tidak mungkin jatuh pada hari yang ketujuh sejak dari permulaan kejadian, melainkan sudah harus jatuh dalam hari yang kesepuluh, karena bulan belum diciptakan dan belum digerakkan sebelum hari keempat dari kejadian. (Bacalah Kejadian 1 : 14 - 19). Oleh karena minggu pada waktu itu bukan dikendalikan oleh bulan (moon), maka tentunya ia itu pun tidak mungkin dikendalikan oleh bulan di waktu ini Ialu tetap merupakan minggu kejadian.

Sebagaimana minggu kejadian adalah tiga hari lebih tua daripada matahari maupun bulan, maka dengan sendirinya kesimpulannya adalah, tidak satupun dari kedua sumber cahaya langit ini pernah berhasil mengatur minggu kejadian. Lagi pula, suatu kekuatan mengatur dari matahari-bulan (solar-lunar) yang sedemikian ini, terkecuali ia itu berada dalam siklus sepuluh kali, akan menghilangkan Waktu dan Kejadian dari tiga hari yang pertama sebelumnya, membiarkannya sebagai suatu momok "masa periode yang hilang".

Selanjutnya, sekiranya kita harus membuat standard hari ketujuh, hari keempat belas, hari kedua puluh satu, dan hari kedua puluh delapan dari bulan peredaran bulan (lunar month) itu bagi pemeliharaan Sabat, sesuai yang dianjurkan oleh buku kecil itu, maka bagaimana pun kita tidak mungkin dapat mengikuti bulan, karena bulan peredaran bulan itu bukan benar-benar empat minggu (28 hari) lamanya, melainkan kira-kira dua puluh Sembilan setengah hari.

Semua fakta yang penting ini selengkapnya meruntuhkan pendapat tentang ketergantungan minggu pada perputaran bulan (moon) setiap bulannya, dan karena itulah masalah ini supaya tidak perlu dibicarakan lagi lebih jauh. Namun karena penulis sabat perputaran bulan itu mengatakan, bahwa sejarah menunjang pembelaannya, maka kami akan mengutip tiga paragraf berikut:

"Pemakaian minggu itu telah diperkenalkan ke dalam Kekaizaran Romawi kira-kira pada abad pertama atau kedua sejarah Kristen dari Mesir, dan telah diakui lepas dari Kekristenan sebelum Kaizar Konstantine mengukuhkannya oleh memerintahkan peringatan akan Sabat Kristen. Dengan orang-orang Mohammedan minggu itu juga memiliki suatu sifat agama, karena hari Jumat diperingati mereka sebagai suatu Sabat." - - Twentieth Century Cyclopaedia, Vol. 8, p. 487.

"Periode tujuh hari itu . . . . . telah digunakan oleh orang-orang Brahmin di lndia dengan sebutan-sebutan yang sama yang digunakan oleh kita, dan adalah sama ditemukan dalam penanggalan-penanggalan orang Yahudi, Mesir, Arab, dan Assyria." -- Standard Dictionary, definition "Calendar".

"Minggu ialah suatu periode tujuh hari, yang tidak mempunyai kaitan apa pun dengan gerakan-gerakan di angkasa, --- suatu keadaan pada mana terpaut keseragamannya yang tak dapat berubah itu. Ia itu digunakan semenjak dari zaman tak diketahui (time immemorial) dalam hampir semua negara di timur; dan, karena ia itu sama sekali bukan merupakan bagian dari tahun maupun bulan peredaran bukan (year nor lunar month) maka orang-orang yang menolak cerita Musa akan rugi, seperti ucapan Dalambre, mengangkatnya kepada suatu asal mula yang memiliki kesamaan kemungkinan sedemikian". -- Encyclopedia Brittanica.

Ada kesaksian sejarah. Jelaslah, bahwa ia itu tidak lagi menunjang pernyataan penulis sabat peredaran bulan itu, bahkan akal sehat dan Alkitab pun tidak menunjangnya. Sebaliknya, ia itu mengungkapkan, bahwa minggu Romawi yang sekarang ini pun adalah sama dengan minggu Yahudi maupun minggu Kristen, bahwa ia itu sudah dan masih tetap merupakan minggu kepunyaan dunia "semenjak dari zaman yang tak diketahui" --- semenjak dari kejadian dunia. Lagipula, Encyclopedia Brittanica menjelaskan, bahwa “minggu ialah suatu periode tujuh hari yang tidak mempunyai kaitan apa pun dengan gerakan-gerakan di angkasa".


 

* * * * * *